Wealth is Determined by What You can Live Without

Kemandirian itu Penting

Pernah kubaca kata-kata bijak (lupa siapa pengucap pertamanya) bunyinya begini: "Kekayaan bukan ditentukan oleh apa yang anda miliki, tetapi oleh kemampuan untuk hidup dengan sesedikit mungkin memiliki". Mungkin terjemahan ini buruk, aslinya begini 'Wealth is not determined by what you have, but by what you can live without".

Seminggu di Australia, membawaku kembali merenungkan kata-kata ini. Disini, di kota kecil Armidale - orangtuaku tinggal, dalam rumah mungil yang sangat sederhana, dan pola konsumsi yang sangat sederhana pula. Namun hidup mereka sangat kaya. mereka mampu sangat banyak memberi. Ibuku sukarela mengajar beberapa anak usia sd yang memiliki kesulitan membaca. mereka datang bergantian sejam setiap minggu dan duduk bersamanya - untuk mulai menggapai berbagai inspirasi yang tersimpan dalam buku. Sudah banyak anak yang kini menjadi pencinta buku berkat kesabaran dan antusiasme ibuku ini. Diluar itu ayah ibuku, aktif dalam beberapa kelompok membaca, mengupas berbagai buku menarik, isu-isu keadilan sosial dan perkembangan dunia menarik bagi mereka - yang sedang seru dibahas waktu aku berkunjung adalah "the confesion of an economic hit man". Berkebun, juga kegiatan utama yang mereka berdua sangat suka. Ayahku penguasa kebun belakang rumah - ini penuh dengan sayur mayur dan buah-buahan, yang sering harus dibagi bagi saking banyaknya. semuanya ditanam tanpa pestisida - dipupuk kasih sayang, perhatian dan kompos alami, setiap pagi dua jam dihabiskannya disini - merawat kebunnya. Kebun depan penuh bunga dimusin semi, panas dan gugur, dan dimusim dingin masih juga berhias berbagai perdu evergreen, disini ibuku yang berperan. Sering datang teman untuk minta bibit berbagai bunga yang dimilikinya. Sekali waktu, mereka berdua bepergian untuk mendengarkan berbagai pertunjukan musik klasik, jazz, atau lainnya yang datang ke kota mungil ini. Memang - kekayaan sangat dapat ditentukan oleh apa yang kita tidak miliki. Dirumah orang tuaku ini tak ada hal yang mahal, tak banyak barang malah, just the basics, tapi hidup mereka kaya.

Ayah ibuku tak banyak mengkonsumsi barang - hampir semua yang dimakan dibuat sendiri. Tak harus banyak belanja. Seminggu disini membuat kumerasa - benar "untuk kaya tak harus banyak memiliki barang berharga". Kekayaan ditentukan oleh apa yang tersimpan dalam diri setiap manusia - pikiran, nurani, dan kata hatinya. Jika ini semua terbuka untuk terus menerima dan memberi - niscaya kita akan dapat menikmati hidup yang kaya.

Apa hubungannya kenikmatan musim, ale lamtoro, dan shattering? Begitu mungkin gumam anda dengan judul tulisan ini.

Kontak:
Chandra Kirana (T-026)
Email: telapak@indo.net.id

0 komentar:

Posting Komentar

Logo Telapak