CINTA (memang) tak pandang JEMPOL
Aku yakin banyak orang di muka bumi ini yang pernah merasakan "cinta". Entah itu cinta pada seseorang, cinta pada sesuatu, maupun cinta pada kondisi. Perasaan cinta yang mendalam kadang mampu membuat seseorang bertingkah macam2. "Bikin hidup lebih hidup" kalau merujuk dari bahasa iklan rokok. Cinta dapat membuat orang menjadi semakin bersemangat. Cinta dapat membuat orang bertingkah aneh dan "salting" alias salah tingkah (bahasa gaul). Salting ini mungkin disebabkan oleh perasaan kecintaan yang mendalam hingga orang bisa menjadi malu. Malu ketahuan, malu bertatap muka, ataupun malu-maluin (mungkin saja). Jika cintanya kandas, maka orang pun bisa melakukan hal2 yang kadang tidak masuk akal, misalnya bunuh diri.
Salah satu bentuk kecintaan yang lain juga terjadi di perguruan silat kami. Ini bukan cinta pada lawan jenis (mungkin), namun cinta pada organisasi beserta cita-cita luhurnya. Cita-cita luhur agar lingkungan ini dapat diperbaiki. Cita-cita luhur agar tercipta keadilan ekologis di bumi ini. Kecintaan ini mendorong para pesilat dan sesepuh perguruan berpikir keras bagaimana agar mimpi2 perguruan dapat tercapai. Dorong upaya ini jadi terasa semakin dalam akhir-akhir ini karena 2 hari lalu adalah Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Namun, bagiku, sebagai salah satu pesilat di perguruan ini, cinta membutuhkan sebuah perwujudan sederhana. Wujud yang mudah aku pahami secara individual, sekalipun itu terkadang aneh bagi orang lain. Wujud sederhana yang aku bayangkan adalah "sepasang telapak kaki". Memang kaki terkadang berkonotasi pada bau tidak sedap, apalagi jika kaki tersebut kotor dan berkeringat. Namun kaki juga memiliki arti yang dalam, seperti ungkapan bahwa "surga ada di bawah telapak kaki ibu". Kecintaanku pada sepasang telapak kaki ini terasa begitu hebat. Aku bisa dengan serta-merta mengunci pandanganku jika melihat lambang2 telapak kaki. Aku pun bisa merasa malu jika telapak kaki-ku pecah-pecah karena kutu air. Itulah perwujudan sederhana dari cintaku pada perguruan silat ini ...... telapak kaki.
Mudah, sederhana, dan bebas bukan perwujudan cinta itu. Karena cinta itu bisa diwujudkan secara sederhana, maka tidak heran jika seorang pemuda mewujudkan perlambang cintanya dengan mata. Perlambang bahwa cinta itu datang dari mata lalu turun ke hati. Kadang seorang pemuda juga mewujudkannya dari rambut, jari-jemari, hidung, bibir, ataupun dagu dari gadis yang dicintainya. Tak heran, bila adik seperguruanku yang asli tanah Melayu itu pernah mengatakan padaku tentang ungkapan cintanya yang aneh. "Bang, baru lihat jempol-nya saja aku sudah tak tahan!!!" Haaahh ... jempol juga bisa menjadi perlambang cinta?? Berarti lain lubuk lain belalang namanya. Mungkin di kampung asalnya, adik seperguruanku ini menggunakan istilah "cinta itu datang dari jempol naik ke hati". Ckckckckkkk ... cinta memang aneh, ternyata adik seperguruanku sedang jatuh cinta pada Miss Jempol!
gambar di atas diolah dari kumpulan foto rekan seperguruan dengan bumbu gambar dari sini
------------------------
"Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, dan Bermartabat secara Budaya"

Namun, bagiku, sebagai salah satu pesilat di perguruan ini, cinta membutuhkan sebuah perwujudan sederhana. Wujud yang mudah aku pahami secara individual, sekalipun itu terkadang aneh bagi orang lain. Wujud sederhana yang aku bayangkan adalah "sepasang telapak kaki". Memang kaki terkadang berkonotasi pada bau tidak sedap, apalagi jika kaki tersebut kotor dan berkeringat. Namun kaki juga memiliki arti yang dalam, seperti ungkapan bahwa "surga ada di bawah telapak kaki ibu". Kecintaanku pada sepasang telapak kaki ini terasa begitu hebat. Aku bisa dengan serta-merta mengunci pandanganku jika melihat lambang2 telapak kaki. Aku pun bisa merasa malu jika telapak kaki-ku pecah-pecah karena kutu air. Itulah perwujudan sederhana dari cintaku pada perguruan silat ini ...... telapak kaki.
Mudah, sederhana, dan bebas bukan perwujudan cinta itu. Karena cinta itu bisa diwujudkan secara sederhana, maka tidak heran jika seorang pemuda mewujudkan perlambang cintanya dengan mata. Perlambang bahwa cinta itu datang dari mata lalu turun ke hati. Kadang seorang pemuda juga mewujudkannya dari rambut, jari-jemari, hidung, bibir, ataupun dagu dari gadis yang dicintainya. Tak heran, bila adik seperguruanku yang asli tanah Melayu itu pernah mengatakan padaku tentang ungkapan cintanya yang aneh. "Bang, baru lihat jempol-nya saja aku sudah tak tahan!!!" Haaahh ... jempol juga bisa menjadi perlambang cinta?? Berarti lain lubuk lain belalang namanya. Mungkin di kampung asalnya, adik seperguruanku ini menggunakan istilah "cinta itu datang dari jempol naik ke hati". Ckckckckkkk ... cinta memang aneh, ternyata adik seperguruanku sedang jatuh cinta pada Miss Jempol!
gambar di atas diolah dari kumpulan foto rekan seperguruan dengan bumbu gambar dari sini
------------------------
"Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, dan Bermartabat secara Budaya"
3 komentar:
Sungguh, sungguh indah, puitis, ... Jempol yang terletak paling dekat dengan dunia dan sangat jauh di mata (selain balik kepala kita tentunya), hingga kadang-kadang dipergunakan untuk ... pun masih bisa membuat-nya terpukau. Dasar Perguruan Tanpa Alas Kaki, sangat dekat dengan dunia dan alam tentunya, hehehe
itulah makanya kadang2 aku pernah denger ungkapan begini: "Mana tahan lihat jempolnya!!!" hehehe
Huh, jempol mang tiada duanya. Katanya sih
Jempol juga katanya bisa melihat karakter seseorang kok, ini primbon dari mbah.
Jempol tangan kalo keatas bisa diartikan BAGUS ato OKE (yang di RCTI itu lo)
Jempol tangan kalo kebawah bisa diratikan KEOK atawa LOYO
Jempol Kaki kalo miring kekiri (kaki kanan), bisa diartikan suka ngga pake sendal karena kebuka gitu.
Jempol Kaki miring ke Kanan, suka maen bola,...he..he..
Apakah anda termasuk dalam katagori jempol diatas, ssssssssssst.... diam2 aja!!!
Ada juga Jempol yang dijual di pasar bogor tuh, asam cap jempol ato terasi cap jempol.
Emang JEMPOL ngga ada matinya, dan ngga salah emang kata salah seorang pendekar dalam perguruan ini, " dari jempol bisa naik kemata".
Posting Komentar