Bingkisan, wajar kah?


Ini kejadian tadi siang di sanggar perguruan kita nan tercinta. Sebuah kejadian sederhana namun (mungkin) akan berkesan di kepala para pendekar yang sedang berpuasa.

Tamu:
"Permisi, saya dari Bayu Buana ...."
Pendekarwati: "Oya, ada apa ya Paak?"
Tamu: "Ini lho Mbak ... saya mau antar bingkisan dari Bayu Buana buat di sini ..."
Pendekarwati: "Waaah ... asiik ... kue lebaran yaa!?".


Waaaahh !!!
Kita dapat bingkisan. Bingkisannya memang tidak besar, kecil saja namun dikemas dengan spesial. Di salah satu sudut pembungkusnya bahkan dihias dengan 2 buah ornamen ketupat keemasan. Indah sekali!!

Apa sih isi bingkisan tersebut?
Mau tahu ajaa .... hehehe. Isinya alhamdulillah sesuatu yang bisa dimakan. Jadi bukan sekedar hiasan layaknya bunga. Namun kue-kue kering khas Lebaran. Maka perut2 lapar dari para pendekar perguruan ini pun mulai bereaksi. Sang perut bergoyang2 dan meneruskan pesan berupa getaran lembut menuju otak. Selanjutnya otak pun memerintahkan mata utk terbelalak dan merubah warnanya menjadi hijau .... hehehe. Singkatnya kami2 para pendekar yang sedang tirakat berpuasa seketika menjadi segar kembali. Ada kebanggaan karena perguruan ini mendapatkan bingkisan. Ada pula kesenangan tiada tara karena ke2 kering tsb bisa menjadi penganan buat buka puasa nanti ....

Tapi ... nanti dulu. Ini sebuah kewajaran kah ... atau tidak? Jika kejadian ini dulu sekitar 5-10 tahun lalu, mungkin saja ini bisa dianggap kewajaran. Lalu bagaimana dengan sekarang? Iya, soalnya sekarang kan sudah jamannya orang mulai memperhatikan soal korupsi, kolusi, dan nepotisme. Apakah bingkisan ini dapat dikategorikan sebagai upaya sogok dan suap??

Ahhh ... jangan2 aku hanya mengada2. Siapa tahu tidak ada hubungan antara bingkisan lebaran dengan korupsi. Aku juga tidak tahu ... [soalnya buka puasa sebentar lagi].

0 komentar:

Posting Komentar

Logo Telapak