Beruntunglah Kamu Memiliki Banyak Teman
Semenjak saya sakit dan di operasi ringan (usus buntu) di Rumah Sakit Karya Bakti, ternyata begitu mahal-nya biaya untuk berobat. Mungkin dari ribuan dan jutaan masyarakat miskin di tanah air ini, saya salah satu orang yang ber-untung. Kenapa ber-untung, setidaknya saya banyak teman yang peduli, sayang dan mengasihi diri saya. Saya membayangkan, ketika saya sakit, sudah jauh dari saudara, orang tua, sementara kondisi ekonomi pas-pasan dalam artian untuk pemenuhan sehari-hari makan keluarga, bayar cicilan rumah (kadang juga tersendat-sendat), listrik, sekolah anak, susu anak, dll-nya. Dalam kondisi seperti itu, saya ternyata memiliki keluarga besar, yang meyakinkan diri saya, dengan kata-kata "Yang penting kamu harus berobat dan di operasi supaya lekas sembuh" ditambahkan "Kamu jangan memikirkan biaya, yang penting sembuh dahulu". Akhirnya saya sampai saat ini sembuh dan bisa ber-aktifitas kembali.
Dari situlah saya mulai berfikir, dari keyakinan itulah saya harus berbuat sesuatu. Saya membayangkan bagi orang-orang diluar saya, yang belum mendapatkan keberuntungan, yang hidup serba terbatas ditengah himpitan ekonomi yang semakin sulit. Terus bagaimana nasib-nya? ......... Ibu Neneng dari Cibungbunglang harus menjual tanahnya untuk mengobatkan anaknya yang pendarahan otak dengan biaya cukup besar Rp.60jt. Neng Siti Khodijah yang sedang meradang nyawa di rumah sakit dan harus menggadaikan rumah ke bank untuk berobat dengan biaya 5jt di RSUD-Ciawi yang kini kondisinya tambah parah dan harus di pindahkan ke Rumah Sakit Paru-Paru di Cisarua "Kalau di Rumah Sakit Besar dan Mewah, saya harus gadaikan apalagi?" kutipan dari kakak pasien. Kang Cuping Simulut Besar yang merasa dirinya orang mampu, ternyata ketikan istrinya sakit dan harus operasi mengeluh masalah biaya yang pada waktu itu sudah keluar uang 9jt, tidak mampu lagi untuk menambah biaya berobat. Pak Aman dari kampung Tapos tempat para Penelapak berkarya dan ber-aktifitas, kondisi ekonominya sangat memprihatinkan, sedang meradang nyawa karena Tumor Ganas yang menggerogoti kepala dan sekarang ini seperempat bagian kepala-nya membusuk, tidak mampu membiayai untuk operasi karena PMI sudah tidak mampu lagi untuk menanganinya, dan akhirnya memberi rujukan harus ke Rumah Sakit Ali Sadikin-Bandung. Ketika kita tanya, kenapa tidak segera di operasi? di jawab "Mas jangankan untuk operasi untuk ongkos saja ke Bandung uang dari mana?" di tambahkan lagi "Kalau ada uang, dari pada untuk ongkos ke Bandung mendingan buat makan sehari-hari dengan anak-anak di rumah". Adam dari Pamijahan juga kasus tabrak lari, Bu Lasipah, Kang Sunani dan masih banyak yang lainnya.
Tentunya dalam kerja-kerja membantu maupun melayani masyarakat yang tidak mampu ini tidak bisa dilakukan oleh seorang diri, dengan keterbatasan yang ada. Saya harus mencari relawan dan teman-teman yang mau di ajak berjuang untuk membantu rakyat miskin untuk mendapatkan Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Awalnya begini:
Cara dan metode kerja yang dilakukan:
Untuk itu kita adalah orang yang peduli dan membangkitkan semangat rakyat miskin untuk berjuang menuju kemandirian ekonomi, kedaulatan politik, dan kemartabatan budaya. Kalau layanan kesehatan, pendidikan dari pemerintah bisa berjalan dengan baik, baru diajak untuk berkarya dan berjuang untuk ekonomi, setelah ekonomi bisa diraih maka mereka memiliki kedaulatan dalam berpolitik (bebas menentukan pilihan tanpa disuap politisi), dan mereka akan memiliki martabat sebagai orang yang merdeka. Dan bukankah itu cita-cita Telapak, bukankah itu cita-cita para Pahlawan yang sudah mendahului kita, bukankah itu amanat dari Mukadimah Pembukaan UUD 45, bukankah itu cita-cita seluuh rakyat Indonesia, dan Semua Bangsa Di dunia ini.
Salam
Budi Sariyanto
Setelah Itu ......"MERDEKA", Kapan ya?????...........
"Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, dan Bermartabat secara Budaya"
0 komentar:
Posting Komentar