Letusan Gunung Merapi, Pengungsi dan Warga Tempatan
Erupsi Gunung Merapi mengharuskan seluruh masyarakat yang berada di radius 20 km dari titik letusan harus mengungsi, salah satu jarak aman yang dipilih untuk tempat pengungsian adalah Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo yang jaraknya sekitar 50 Km dari Merapi. Walaupun terkena bencana, tetapi lokasi ini bukan merupakan daerah berbahaya. Itu setidaknya yang di rangkum dalam pemberitaan.
Di Kalibawang tercatat ada sekitar 17 titik pengungsian dengan total pengungsi lebih dari 3 ribu orang, jumlah yang sedikit dibanding dengan pengungsi yang memilih menempati kecamatan lain yang radiusnya 30 - 60 km.
Sepeti biasa hinggar bingar bencana terjadi di awal-awal, karena ini adalah masa heroik. Hanya pemberani dan yang berfisik kuat saja yang mampu menjadi team rescue, hari berganti hari, kejenuhan mulai timbul. Penanganan pengungsi sudah mulai kendor, pengungsi pun sudah mulai jenuh, stress mikirin rumah yang hancur, tanaman kebun yang luluh lantah, ternak yang mati dan trauma serta memandang kosong sambil berpikir bagaimana dia harus memulai kembali.
Hal yang tidak kalah getirnya adalah masyarakat yang menjadi tempatan pengungsian, mereka sebenarnya juga menderita. Di Kalibawang misalnya, 40% lokasi terkena debu vulkanik dengan ketebalan 3-5 cm, walaupun untuk kondisi itu mereka tidak harus mengungsi. Pasca letusan, dimana-mana debu beterbangan menyesakkan dada, “menurut informasi warga, debu-debu ini lebih tajam dibanding dengan pisau, pepohonan mati karena teriris oleh debu tersebut.
Dalam hal debu ini, kondisi para pengungsi masih jauh lebih baik dibanding masyarakat tempatan. Selain dibagikan makanan gratis juga mendapatkan suplay masker dan obat-obatan termasuk obat mata. Namun celaka bagi para penduduk tempatan, mereka seakan dianggap manusia bebas yang masih bisa pergi kemana pun, kenyataannya mereka menderita yang disebabkan oleh debu yang sama. Mau beli masker dan obat mata sudah tidak ada yang jual, semua untuk pengungsi.
Masyarakat Kalibawang dalam kepedihan mata dan sesaknya nafas, mulai mencoba membersihkan debu yang menempel di jalanan. Terutama di jalan raya yang selalu dilalui kendaraan, dengan ketebalan debu 3-5 cm. Bisa dibayangkan repotnya membersihkan debu ini, memang tidak ada pilihan lain daripada terus bermandi debu tiap hari. Masyarakat juga mulai membersihkan potongan kayu-kayu yang tumbang berserakan, agar geliat aktivitas kehidupan segera normal kembali.
Kasihan pengungsi ...kasihan masyarakat tempatan,...
Salam dari Jogja,
Hendaru Djumantoro
West Java Medical Plant Cooperative
Jati Rogo Cooperative
Wana Lestari Menoreh Cooperative
PT Poros Nusantara Utama Groups
Alumni IPB Building 1-st floor
Jl. Raya Pajajaran No 54
Bogor-Indonesia-16143
Telp. +62 251-8393245
Fax. +62 251-8393246
hendaru.djumantoro@gmail.com
www.usadha.blogspot.com
Catatan:
Tulisan ini merupkan versi edit dari email yang dikirim ke milis internal Telapak.
0 komentar:
Posting Komentar