Upacara Adat Tiwah di Desa Petak Bahandang

Pembaca yang baik, setelah sekian lama kami tidak membagi ceritakan aktivitas yang dilakukan anggota Telapak, maka kami coba untuk kembali memulainya.

Berikut ini adalah kegiatan rencana Upacara Adat Tiwah dari masyarakat di Katingan, Kalimantan Tengah yang akan digelar pada tanggal 1-4 Juni 2012 mendatang. Berikut penuturannya ..

Wancino T-262 dan keluarga akan menyelenggarakan upacara adat tiwah di Desa Petak Bahandang, Tasik Payawan, Katingan, Kalimantan Tengah. Tiwah adalah upacara terakhir dari rentetan upacara kematian bagi pemeluk agama Kaharingan. Upacara Tiwah digelar dan dilaksanakan oleh keluarga Dayak yang masih hidup  untuk anggota keluarganya yang telah meninggal dunia.

Kata Tiwah berasal dari bahasa Sangiang, yaitu bahasa yang digunakan oleh Kaharingan di Kalimantan Tengah. Bahasa Sangiang biasanya digunakan oleh pemimpin  agama Kaharingan untuk memimpin suatu acara keagamaan.

Upacara Tiwah menurut masyarakat Kalimantan Tengah pada umumnya menganggap ritual ini sebuah adat, tetapi menurut masyarakat pemeluk Kaharingan, tiwah merupakan proses mengantarkan arwah atau dalam bahasa Dayaknya liau ke surga atau  “Lewu Tatau Habaras Bulau Hagusung Intan Dia Rumpang Tulang”, yang berarti sebuah tempat yang kekal atau abadi dan tempat itu berhiaskan emas, permata, berlian, dll, untuk bersatunya kembali para arwah dengan "Ranying Hatalla Langit", Tuhan YME.

Aktivitas Tiwah memang sangat unik. Keluarga Wancino akan menggali kembali kubur keluarga yang telah lama meninggal, membuka kembali petinya dan mengambil satu persatu tulang belulang. Tulang belulang tersebut kemudian di cuci dan dibawa ke upacara.

Kegiatan upacara ini memakan waktu yang tidak sebentar, termasuk ritual mengorbankan kerbau, babi dan ayam. Mereka meyakini bahwa hewan yang dikorbankan tersebut akan membantu/melayani sang arwah menuju surga terakhir.

Pada akhirnya tulang belulang tersebut dimasukkan ke dalam Sandung. Biasanya dalam satu keluarga memiliki satu Sandung yang disediakan untuk berbagai tulang-belulang yang telah di tiwahkan.

Menyelenggarakan Tiwah adalah kewajiban dalam tradisi kepercayaan Dayak Kaharingan, karena roh manusia yang meninggal tidak akan kembali dan bersatu dengan penciptanya tanpa melalui Upacara Tiwah. Bila ini dilanggar,  maka kehidupan mereka yang masih hidup akan miskin rejeki dan penuh masalah.

Bagi Telapak Kalteng, mendukung upacara tiwah, yang kebetulan diselenggarakan oleh salah seorang anggota, adalah kepatutan, obligasi atas salah satu mandat Gerakan Telapak 2012-2014 di bidang budaya tentang 'Mendukung komunitas‐komunitas masyarakat adat di wilayah territorial dalam melakukan ritual‐ritual adat tahunan'.


Pengirim
Jean Nito - T-227

Informasi terkait:
- Kaharingan
- Urut-Urutan Ritual Hiang Sandah Umat Hindu Kaharingan
- Situs Kaharingan Terancam Ekspansi Kelapa Sawit
- Upacara Tiwah

0 komentar:

Posting Komentar

Logo Telapak