Kami Kehilangan Sejarah

Suatu hari saya diingatkan oleh almarhumah bapak saya;”Catat ini, dayak tak akan dihancurkan oleh suku lain, tetapi oleh dayak sendiri”. Saya karena masih awam, belum mengerti benar kata-kata itu. Beberapa puluh tahun kemudian saya mulai mencoba mengamati, apakah yang dimaksudkan kata-kata itu. Dikampung, saya melihat banyak sekali situs-situs asli, yang telah ada beberapa generasi lalu.

Dalam beberapa buku, yang sempat saya baca, antara lain mengatakan; Orang dayak adalah orang alam, hidup ditengah-tengah alam dan tidak punya buku lain daripada alam...”. Saya jadi teringat, bahwa situs-situs yang ada mungkin boleh dikatakan sebagai bukunya orang Dayak, termasuk berbagai bekas perkampungan (timawakng). Kini timawakng, telah habis ditebang oleh pewarisnya untuk tujuan komersil (menjual kayu), beberapa pantak, pantulak habis dicuri dan beberapa lagi tempat keramat habis digunduli untuk dijadikan ladang. Benda-benda peninggalan masa lalu pun mulai habis dihancurkan oleh pewarisnya yang telah pintar dan menganut agama tertentu. Kini dikampung itu, tidak ada lagi satupun situs yang bisa menggambarkan sekaligus membuktikan bahwa kampung ini telah ada sejak ratusan tahun lalu.

Berbeda dengan fenomena diatas, beberapa nama kampung juga mulai hilang berganti dengan nama-nama yang asing. Tentunya tergantung dengan kepandaian ”lidah” pemerintah yang berkuasa. Kampung Tahumatn misalnya menjadi kampung Tahuman, binua batukng menjadi binua betung, dan masih ribuan kampung lagi yang berubah. Ini masih kecil, binua sebagai daerah otonom milik orang dayak juga diubah menjadi pemerintah desa. Kini, Singa, Tuha Kampokng, Pangarah, Pasirah, Pangaraga telah benar-benar kehilangan peran, fungsi sekaligus wibawa. Mereka tergantikan oleh Kepala Desa, Kepala Dusun, Ketua Rw, Ketua Rk, dan ketua Rt.


"Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, dan Bermartabat secara Budaya"

1 komentar:

Anonim | Kamis, Mei 29, 2008 12:56:00 PM

biasanya perubahan2 nama dan penghilangan "buku" seperti di Kalimantan itu akibat lanjutannya adalah buruk ... waaaah!!! Gimana dengan situasi di kampung2 tua di wilayah lain di Indonesia yaa? Jangan2 sama saja.

Posting Komentar

Logo Telapak