Silverius Oscar Unggul .:. Sertifikasi Kayu, Angkat Harkat Warga Konsel
Kekayaan hasil hutan Bangsa Indonesia sangatlah besar. Hanya saja, selama ini belum dikelolah sebagaimana mestinya, hingga tak ada nilai tambah yang diperoleh masyarakat. Apalagi, kebiasaan buruk yang kita kenal dengan sebutan illegal logging sudah jadi kebiasaan yang sulit untuk diubah. Ini wajar saja, mengingat illegal logging begitu menjanjikan pendapatan yang langsung bisa dirasakan masyarakat.
Namun tanpa disadari, kerusakan hutan yang begitu parahnya, apalagi tidak adanya nilai tambah terhadap hasil yang dijual pada konsumen, membuat masyarakat tetap miskin dan alam pun jadi semakin rusak. Inilah yang jadi perhatian sekelompok anak muda yang peduli akan kelestarian lingkungan.
Silverius Oscar Unggul Cs kemudian turun lapangan melakukan pembinaan pada masyarakat yang selama ini kerap terlibat illegal logging. Meski tak mudah mengubah kebiasaan masyarakat, namun dengan niat dan semangat mereka coba memberi pemahaman dan pembinaan pada masyarakat.
Langkah awal di tahun 2003, mereka yang tergabung dalam LSM Jauh (Jaringan untuk Hutan) itu membentuk Koperasi Hutan Jaya Lestari (HJL) yang kini anggotanya sudah berkisar 500 orang dari 21 desa yang ada di 4 kecamatan yaitu Lainea, Kolono, Palangga dan Andoolo.
Anggota koperasi kemudian dibina melakukan penebangan dengan prinsip tebang pilih lalu menambalnya dengan tanaman baru. Menurut dia, tanaman jati yang ideal untuk ditebang adalah yang berusia sekitar 15 hingga 20 tahun. Namun setelah ditebang, masyarakat diharuskan menanam kembali. Sehingga hutan yang merupakan kekayaan alam bangsa kita bisa tetap lestari dan dinikmati anak cucu kita kelak.
Menurut Onte, yang kini tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana di Universitas Trisakti itu bahwa sejak program itu diperkenalkan pada masyarakat, sudah ada sekitar 2 juta pohon jati yang ditanam di atas lahan seluas 2000 hektar. ’’Tanpa program muluk-muluk semisal penanaman sejuta pohon. Namun dengan kesadaran warga, hal itu dapat mereka lakukan,’’ kata Onte.
Setelah system ini jalan, mereka lalu meminta lembaga yang mengeluarkan sertifikat untuk melakukan penelitian yaitu Forest Steward Council (FSC). Hasilnya, FSC yang begitu ketat dalam melakukan pengawasan pada pengelolaan hasil hutan berkesimpulan bahwa, system yang mereka terapkan layak mendapat sertifikat. Lembaga ini pun akan melakukan pengawasan dan meneliti setiap 5 tahun, untuk mengetahui konsistensi masyarakat dalam menjalankan system tersebut.
Efek domino dari diperolehnya sertifikat itu adalah pengakuan dunia internasional terhadap produk kayu dari masyarakat Konawe Selatan (Konsel), khususnya yang tergabung dalam koperasi HJL tadi. Sesuai kesepakatan internasional, dalam rangka menjaga kelestarian alam, maka produk-produk furniture hanya akan laku di pasar internasional jika dibuat dari bahan kayu yang sudah disertifikasi.
Inilah yang membuat kesejahteraan warga meningkat. Harga jati yang sudah bersertifikat melonjak tajam dari Rp 600 ribu/kubik ketika masih dikelolah dengan cara illegal logging, jadi Rp 6,4 juta/kubik setelah mendapat sertifikat.
’’Sekarang warga sudah punya jaringan pemasaran hingga ke manca Negara. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan container dengan harga yang jauh di atas ketika masih dikelolah secara konvensional. Warga juga sudah lebih aman karena tidak akan berurusan dengan aparat hukum. Saya berpendapat, selama masyarakat taat azas dalam menjalankan aktivitasnya, maka selama itu pula, hasil hutan kita tidak akan habis,’’ jelas Silverius.
Menurut Silverius, jika pemerintah berperan dalam hal ini, maka dia berpendapat tak perlu mendatangkan investor untuk mengeruk kekayaan tambang bangsa kita yang juga cendrung merusak lingkungan hidup. Cukup dengan memaksimalkan hasil hutan dengan cara seperti tadi, maka daerah ini akan mampu bersaing dengan daerah lain.
Kini, setelah semua upaya sudah membuahkan hasil, Silverius mulai memetika hasil. Sebuah majalah terkemuka Amerika yaitu ’’Conde Nast Traveller’’ (baca bagian lain halaman ini) menobatkan dia sebagai penerima award.
Saya Ingin, Generasi Muda Kita Punya Kebanggaan
Satu prestasi membanggakan dicatat salah seorang putera asal Kendari yaitu Silverius Oscar Unggul. Di tengah aktivitasnya dalam mengkampanyekan pelestarian lingkungan, pria yang akrab disapa Onte itu ternyata membuka perhatian dunia. Salah satu majalah terkemuka di Amerika Serikat yaitu ’’Conde Nast Traveller’’ memilihnya sebagai penerima award tahun ini menyisihkan ratusan peserta lain dari seluruh dunia.
Menurut Onte, dirinya menerima pemberitahuan tentang kemenangannya itu melalui email pertengahan Juli lalu. Sedang penerimaan award dijadwalkan berlangsung September mendatang di New York. Selain award, dia juga memperoleh hadiah uang sebsar 2000 US Dollar. Dalam agenda acara penerimaan award tersebut, dia juga bakal mendapat kesempatan berbicara di depan publik dan para dewan juri selama 3 menit.
’’Saya ingin memperkenalkan Sultra ke dunia internasional. Saya berharap waktu 3 menit untuk berbicara nanti di depan para dewan juri akan menarik perhatian para investor datang ke Sultra,’’ kata Onte yang kini tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana di Universitas Tri Sakti.
Penghargaan yang diraih Onte ini bukanlah diperoleh secara kebetulan. Namun dirinya melalui perjuangan sejak bergabung dengan beberapa LSM yang konsen terhadap pelestarian lingkungan. Ketika itu, dia begitu prihatin dengan kondisi pengelolaan hutan jati di Konawe Selatan (Konsel). Bersama beberapa rekannya yang juga peduli dengan kelestarian lingkungan, alumni fakultas Pertanian Unhalu ini membentuk koperasi Hutan Jaya Lestari (HJL) di Konsel.
Melalui koperasi inilah, Onte Cs berhasil mengangkat harkat dan martabat para pengelolah kayu jati yang awalnya terlibat dalam aktivitas ilegall logging. Di tengah upayanya sudah membuahkan hasil, ternyata sebuah lembaga dunia yang setiap tahun memilih satu orang dari seluruh dunia yaitu Majalah ’’Conde Nast Traveller’’ menganugerahinya penghargaan prestisius tersebut.
’’Ini adalah untuk ke-12 kalinya, majalah tersebut memberikan award. Dan untuk orang Asia, ini adalah yang kedua. Pertama diberikan kepada orang Cina beberapa tahun silam. Awalnya, ada lebih dari 500 nominasi. Kemudian setelah melalui penjurian yang amat ketat, mengerucut menjadi 100, 50 kemudian 10 besar, 5 besar dan terakhir mereka memilih saya,’’ kata Onte.
Onte berharap dengan penghargaan yang dia terima bisa memberi efek kepada generasi muda untuk tidak pesimis dalam menatap persaingan global seperti sekarang. ’’Saya ingin kita punya kebanggaan bahwa ternyata anak-anak dari Kendari juga mampu berprestasi level dunia internasional,’’ kata Onte berharap.
Sumber=
http://www.kendaripos.co.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4239
0 komentar:
Posting Komentar