Gold Rush in Kendari?
Seorang teman menyebut kata ini beberapa menit yang lalu. Bagi saya, komentar singkat ini terasa "dalam" artinya. Kendari adalah sebuah kota yang dikenal oleh hampir setiap orang di perguruan ini, sepertinya halnya Medan, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Bandarlampung, Jakarta, Bogor, Pontianak, Banjarmasin, Denpasar, Gorontalo, Palu, Makassar, Palopo, Konawe, Raha, dan Sorong. Kota2 tersebut adalah kota dimana anggota perguruan berada, berasal ataupun berada dekat dengannya. Lalu kenapa ada kata "gold" yang artinya emas, dan "rush" yang artinya berlomba2 atau terburu??
Berikut cerita selanjutnya yang (mungkin) tidak dalam, namun terkait dengan kata2 gold rush tersebut.
Adalah seorang Imran yang baru saja datang ke padepokan Telapak dengan muka kuyu, mungkin kurang tidur. Ia mengatakan bahwa dirinya baru saja pulang kampung dari Kendari menengok ayahnya yang sedang sakit. Lalu ia pun bercerita singkat soal ayahnya serta kekagetannya akan kampung halamannya di Kendari. Ada hal menarik yang ingin saya ceritakan ulang soal kekagetan akan kampung halaman ini. Imran terkejut ketika melihat wajah Kendari. "Waduuh ... Kendari sekarang sudah berubah, hanya dalam beberapa bulan terakhir!" seru Imran. "Ojek di Kendari sudah berkurang hingga 90%, banyak sekali pembangunan2 rumah dan gedung di mana2, makin banyak orang kaya dan banyak duit", tambahnya.
Apa yang sebenarnya telah terjadi di Kendari? Imran mengatakan, banyak sekali keluarga2 miskin di kota yang tadinya tinggal di rumah2 gubuk telah bermigrasi ke daerah Bombana. Pasalnya hanya satu ... "emas". Setidaknya dilaporkan telah ada 60,000 orang yang menambang emas di sana. Dan dalam waktu beberapa bulan mereka telah memiliki uang kaget dalam jumlah sangat besar. Tak hanya orang2 di Kendari dan Sulawesi Tenggara saja yang berebut menambang, tapi juga para penambang emas dari Papua. Harga2 bahan pangan melambung tinggi. Imran memberi gambaran soal harga air minum kemasan yang mencapai Rp 40,000 rupiah per galon. Banyak sekali tumbuh toko2 emas yang tidak menjual emas, namun justru memasang tulisan "beli emas".
Bagi saya, sepintas ini adalah sebuah gambaran kesejahteraan ekonomi yang sudah diambang mata bagi masyarakat Kendari dan Sulawesi Tenggara. Imran bercerita tentang seorang saudaranya yang dulu miskin kini sudah punya rumah bagus sendiri, punya tanah, punya 2 buah motor, televisi, sofa, hanya dalam beberapa bulan. Padahal sejauh ini ia hanya pergi menambang 9 kali saja. Mungkin orang2 seperti saudara jauh Imran ini banyak jumlahnya. Bila banyak, bisa diperkirakan semakin banyak orang kaya di sana.
Namun, apa gambaran ini adalah gambaran peningkatan kesejahteraan seutuhnya?? Kesejahteraan yang digambarkan oleh kita para pendukung perguruan ini? Atau ini adalah sebuah fenomena "gold rush" seperti halnya "diamond rush" di Afrika yang pada akhirnya justru menghancurkan sejumlah tatanan sosial, moral bahkan kerusakan lingkungan?
Ahh ... mungkin saya hanya terlalu jauh berpikir. Mungkin teman2 seperguruan di Kendari bisa memberi gambaran pendapat yang jauh lebih sempurna dari saya.
gambar di atas diunduh dari laman ini
0 komentar:
Posting Komentar