Apakah ‘berdiri di depan kelas’ berarti sudah menyumbang ke dalam penyelamatan bumi dan pengelolaan SDA* di Indonesia?

Berdiri di depan kelas. Almarhum kakekku adalah seorang penilik (semacam kepala sekolah) di sebuah sekolah Belanda. Disiplin dan ketelitiannya mengatur hidup adalah sesuatu yg kukagumi. Rasanya aku juga ditularkan sebuah pengertian bahwa ‘berdiri di depan kelas’, ketika semua mata memandang dan semua perhatian tertuju ke kita, adalah suatu kenikmatan. Kita hadir dan eksis di bumi ini. Pernah terbersit ingin menjadi guru atau dosen. Tapi merasa tidak mampu bertahan dengan segala prosedur dan formalitasnya.

Berdiri di muka umum adalah kenikmatan
Mimpi masa kecil itu kembali hadir di pagi yg cerah ini. Lebih dari 50 mahasiswa duduk manis di aula pertemuan Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan, Bogor. Sebagian besar memakai jaket almamater berwarna biru. Ada sekelompok mahasiswa yg duduk terpisah, terdiri atas perempuan semua, tidak satu pun memakai jaket biru. (Mereka bukan anggota BEM, kata seorang panitia).

Ibu Sri, pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan membuka acara. Soraya, Ketua Panitia Hari Bumi ini mengantar kita dengan menjelaskan rangkaian acara, dan Meta, Ketua BEM FE UNPAK mengulas kenapa mahasiswa ekonomi harus juga turut serta dalam kegiatan lingkungan hidup. Hebat, yg jadi motor kegiatan hari bumi di tempat ini adalah perempuan semua!

Tiga buah film ‘sampah’ diputar; Krisis Air di Kota Bogor, Teluk Jakarta Under Pressure dan film terbaru seputaran kegiatan Kelompok Peduli Ciliwung. Semua orang diam, terhentak, larut dalam aliran Kali Ciliwung yg menanggung sampah produk manusia dan membawanya jauh menuju ke Laut Jakarta.

Entah kali ke berapa aku menonton film2 ini. Dan aku masih mengaguminya dan menemukan, memunguti sesuatu yg baru dari film2 ini. Rasanya kian hari kian mengerti bagaimana cerita sampah dan bisa empati dengan teman2 penggiat kegiatan Kelompok Peduli Ciliwung. Terbayang wajah teman2 ku, para aktivist lingkungan yg begitu semangat mengajak orang untuk ‘turun ke sungai’ dan ‘berbuat’ sekecil apapun untuk mengangkat sampah dari sana.



Kuminta 4 kelompok mahasiswa ini menggambar bersama, apa mimpi anda untuk Sungai Ciliwung dalam lima tahun ke depan? Tidak ada bangunan di pinggir sungai, ada rumah susun yg berdesign ramah lingkungan, pepohonan yg rindang dan taman yg asri di sepanjang pinggiran sungai, ada tempat sampah di setiap sudut kota, mekanisme pengolahan sampah plastik. Dan hebatnya semua tugas itu adalah tanggung-jawab pemerintah. Gubrak!

Kegiatan seperti ini membutuhkan biaya 1,5 juta yg dihabiskan untuk konsumsi, cetak spanduk, cetak plakat tanda terimakasih, cetak sertifikat. Universitas memberikan dukungan penuh.

Jangan bicara efisiensi dalam suatu proses belajar. Kalau melihat bagaimana sekelompok anak muda, duduk2 di bawah pohon rindang, bersenda gurau dengan teman, menonton TV saluran olahraga, chatting dengan laptop keluaran terbaru atau yg berkeringat karena baru saja selesai bermain basket. Betapa banyak potensi orang muda. Semua ini sedang belajar mempersiapkan masa depan. Aku juga pernah ngalami yg tidak jauh seperti ini. Apa yg didapat? Cerita indah membangun memori pertemanan, belajar bagaimana caranya menjadi pengikut, menemukan bahwa semua orang mau (dan memang didorong) menjadi leader. Ah betapa jalan panjang untuk ‘menemukan diri’, capacity building, sampai akhirnya membentuk critical mass yg aware akan isu dan permasalahan seputar pengelolaan sumberdaya air di Indonesia.

Kembali menyadari kalau aku bisa berdiri di depan kelas, memfasilitasi kelompok mahasiswa membedah apa arti 3 film ‘sampah’ itu. Dan apakah kegiatan hari ini akan ada artinya buat bumi? Aku mengajak para mahasiswa ini untuk nongol di aksi bersih kali yg biasa kita adakan setiap hari Minggu. Kita lihat berapa orang yg akan hadir dalam aksi pemungutan sampah besok minggu. (Atau mereka juga akan dikategorikan sebagai kelompok ‘malu-malu’, seperti sebutan HO untuk sekelompok orang, tidak tahu pasti itu siapa, tapi sepertinya dia jengkel sekali dengan kenyataan itu).

Terimakasih Sandi untuk mengajakku hadir di pertemuan ini. Hebat memang networking mu. Teruskan!



Selamat hari bumi buat teman2 di BEM FE UNPAK!



Rita Mustikasari
Telapak
Jalan Pajajaran No 54, Bogor 16143. Indonesia.
tel: +62 (0)251 8393-245
fax: +62 (0)251 8393-246
Homepage= www.telapak.org
Email= ritamustikasari@telapak.org


Kedaulatan Politik. Kemandirian Ekonomi. Kemartabatan Budaya


*sumberdaya air

1 komentar:

Dwi Lesmana | Jumat, April 24, 2009 3:28:00 PM

Ngumpeol bersama "maha"siswa. Ampeon deh, Top buanget

Posting Komentar

Logo Telapak